Home
» INSPIRASI
» Ibu Rumah Tangga pandai mengelola Keuangan Keluarga plus+ pandai berbisnis (Momprenuer) mengapa tidak?
Ibu Rumah Tangga pandai mengelola Keuangan Keluarga plus+ pandai berbisnis (Momprenuer) mengapa tidak?
in
INSPIRASI
- on June 02, 2016
Perempuan dengan beragam potensinya memiliki kemampuan mengolah dan menjaga stabilitas finansial keluarganya. Mayoritas istri adalah pengelola keuangan dalam rumah tangganya. Islam mengatur semua hal dalam kehidupan manusia, sebuah hadist menyebutkan istri adalah pemimpin di rumah suaminya. Dia bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya, yaitu rumah dan anggota keluarga yang lain atau anak-anak.
Dalam suatu riwayat bahwa rasullullah SAW menikahkan putrinya Fatimah dengan Ali bin Abu Thalib, beliau berpesan kepada Ali untuk keluar rumah memenuhi nafkah bagi keluarga dengan cara yang baik. Sedangkan Fatimah menjaga dan mengatur rumahnya.
Seperti apakah istri yang cerdas finansial?Istri yang tidak hanya mampu membelanjakan pemasukan sehingga cukup memenuhi semua pengeluaran; tetapi juag berpikir, beri’tikad lalu action untuk memenuhi hak-hak mendatang seluruh anggota keluarga di masa mendatang mereka.
Istri menjadi yang paling tahu kondisi finansial keluarga, semua kebutuhan serta celah yang bisa dimanfaatkan. sebagai peluang sehingga istri yang cerdas finansial akan berusaha menjaga stabilitas keuangan keluarga, bahkan mampu mengembangkan. Pilihannya ada pada pengendalian kebutuhan, melakukan usaha produktif, dan menabung.
Bagaimana sebaiknya keuangan keluarga dikelola?
Pengelolaan harus diawali dengan maindset yang tepat. Pertama, maindset seorang muslim yang harus islami. Pemasukan haruslah diperoleh dari jalan halal, pembelanjaan pertama harus pada pos jalan Allah (zakat, infaq, sadaqah). Kedua, maindset yang termasuk kebutuhan bukan hanya kebutuhan harian. Masukkan semua item pengeluaran yang mungkin muncul dalam kehidupan serta hak masa mendatang.
Dari pemasukan yang kita terima, dibagi sedemikian rupa dalam beberapa pos, diantarannya (1) jalan Allah, (2) pihak ketiga (orang tua). Kebanyakan dari kita lupa dengan orang tua bahwa mereka juga tanggung jawab kita.(3) utang, kehidupan finansial keluarga tidak sehat jika hutang mencapai 30% dari penghasilan. (4) menabung kalau bisa 30% dari penghasilan. (5) pengeluaran penting tak terduga 10% (sosial, dll.). (6) memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari (40%-50%).
Banyak istri yangmengeluhkan kesulitan mengelola keuangan (pas-pasan). ?Penekananya ada pada 3 hal:
1. Kelola
2. Ciptakan peluang, lalu
3. Menahan diri
Kelola dengan baik agar cukup. Sistem kotak dan pencatatan kebutuhan efektif agar pengeluaran yang tidak terencana dan tidak terlalu pentingbisa terkendali.
Selanjutnya ciptakan peluang untuk produktif. Perempuan bisa memanfaatkan seluruh potensi yang ada pada dirinya untuk bisnis. Misalnya: buka les privat sambil mendampingi anak belajar, membuat jajanan sehat untuk anak yang sekaligus bisa dijual, dll. Seberapapun keuntungannya bisa untuk menambah belanja harian.
Banyak juga usaha yang bisa dilakukan dengan modal kepercayaan seperti menjual barang milik orang lain. Karena hal tersebut , penting menjadi orang terpercaya. Sebagian dana saving bisa digunakan untuk investasi pada usaha produktif tersebut. Menjadi MOMPRENEUR bisa diawali dari sini.
Terakhir, menahan diri harus selalu dilakukan meski kondisi sedang longgar. Contoh menahan diri untuk membeli tanah untuk dibangun indekos agar dapat mendatangkan passive income.
Seberapa pentingkah saving dan investasi?
Saving sangat perlu. Sebagai pemenuhan hak-hak mendatang, dana pensiun seiring menurunnya produktivitas kita serta sebagai perencanaan dana investasi. Karena kondisi mendatang tak pernah diketahui. Dengan saving resiko investasi makin kecil karena tidak akan mengganggu pengelolaan uang untuk kebutuhan harian. Investasi lebih pada proses percepatan persiapan pemenuhan hak-hak masa mendatang.
Pengelolaan dan perencanaan keuangan keluarga ini berarti perludiketahui seluruh anggota keluarga?
Betul, terutama kepada anak-anak. Selain sebagai edukasi finansial, ini akan mempermudah istri untuk bisa mengendalikan kebutuhan yang tidak terencana. Melatih anak untuk mengkomunikasikan kebutuhannya jauh-jauh hari agar masuk dalam rencana ibunya. Juga agar mereka tahu perencanaan dan visi keluarga.